Minggu, 01 Februari 2015

Dokar

Dokar = Andong..?
Mungkin ada sebagian kaskuser yang mengira kalo dokar dan andong adalah dua nama atau dua istilah untuk satu kenderaan yang sama. Tapi ternyata mereka merupakan dua kenderaan yang berbeda meskipun sejenis..

Agan lihat gambar di atas? Itu dokar, bukan andong. Ciri-ciri dokar antara lain rodanya dua dan besar, dari kayu, dilapisi karet bekas ban mobil. Adapun saudara dokar, misalnya sado dan delman, ada yang menggunakan roda lebih kecil: pelg mobil dengan ban. Dalam KBBI   (bahasa.kemdiknas.go.id)dokar adalah kereta beroda dua yg ditarik oleh seekor kuda; bendi;

Kalau andong beroda empat, dan mestinya kudanya dua tapi andong sekarang pakai satu kuda supaya hemat. Menurut KBBI  (bahasa.kemdiknas.go.id) andong adalah kereta kuda sewaan spt dokar atau sado beroda empat (di Yogyakarta dan Surakarta) .

______________________________________________

Asal-usul Istilah
Dokar diyakini berasal dari dari Bahasa Inggris dog car. Dogcart (atau dog-cart) adalah sebuah kendaraan berkuda ringan yang awalnya didesain untuk kegiatan berburu, dengan sebuah kotak di belakang kursi pengemudi untuk membawa seekor anjing pemburu atau lebih. Kotak tersebut dapat diubah menjadi bangku kedua. Seorang pemuda atau anak kecil yang disebut "tiger" berdiri di balkon bagian belakang kereta untuk membantu atau melayani pengendara.

Sementara Andong merupakan kenderaan tradisional khas di wilayah Yogyakarta, Solo dan juga Klaten, TS tidak menemukan kenapa dan bagaimana awal mula di sebut andong.

Secara umum kendaraan berkuda ini disebut dengan Delman. Nama kendaraan ini berasal dari nama penemunya, yaitu Charles Theodore Deeleman, seorang litografer dan insinyur pada masa Hindia Belanda.

Istilah lain yaitu Sado. Sado merupakan singkatan penduduk pribumi batavia untuk menyebut dos-à-dos. Istilah ini digunaan pihak Belanda waktu itu yang secara harfiah bahasa Perancis bermakna punggung pada punggung, yaitu sejenis kereta yang posisi duduk penumpangnya saling memunggungi.

______________________________________________

Istilah Lain dari Dokar dan Andong
Kenderaan ini telah menyebar hampir seluruh pelosok Indonesia.
Berbeda dengan motor maupun mobil, kenderaan ini mempunyai nama tersendiri di masing-masing daerah, dan tentunya dengan ciri khas yang tidak sama di setiap tempat.

Beberapa istilah mengenai delman antara lain:

Pedati, Pedati merupakan sebuah kendaraan yang memiliki dua atau empat buah roda yang digunakan sebagai sarana transportasi. Pedati dapat ditarik oleh hewan seperti kuda, sapi, kambing, zebu atau dapat pula ditarik oleh manusia. Apabila ditunjukkan untuk transportasi yang lebih berat maka ditarik oleh sedikitnya dua kuda. *credit to agan mr1gram  (www.kaskus.co.id)

Cikar, merupakan alat transportasi darat tradisional. Berbeda dengan delman atau dokar, cikar pada umumnya ditarik oleh dua ekor sapi dan dipergunakan untuk angkutan yang memuat barang, berupa hasil bumi atau orang. Pada zaman dulu roda Cikar terbuat dari kayu jati tua yang dilapisi oleh besi dengan diameter yang besar, yaitu 160 cm; saat ini roda-roda tersebut digantikan oleh roda-roda yang terbuat dari karet. *credit to agan bang.cb   (www.kaskus.co.id)

Cidomo, ini mungkin istilah yang sering kita dengar. Cidomo berasal dari kata "cikar-dokar-mobil". Istilah ini menjadi sangat khas di wilayah pulau Lombok dan Kepulauan Gili.

Bendi menurut sumber lain istilah ini digunakan oleh penduduk di Sumatera Barat, tetapi juga nama ini digunakan untuk menyebut dokar di wilayah Sulawesi Utara dan Gorontalo.

Ebro digunakan penduduk Jakarta untuk menyebut Andong. Ebro berasal dari singkatan "Eerste Bataviasche Rijtuig Onderneming" yaitu salah satu perusahaan kereta pertama di Jakarta.



______________________________________________

Nasib Delman saat ini
Seperti yang disebutkan TS di atas, kenderaan tradisional ini semakin tergusur oleh hadirnya perkembangan otomotif yang sangat maju. Di beberapa daerah delman, andong, dan dokar semakin terpinggirkan, hanya melayani daerah jarak pendek antar wilayah pelosok kampung bahkan di beberapa daerah telah dilarang penggunaannya.

Penggunanya juga tidak bervariasi layaknya kenderaan lain, penggunanya biasanya turis manca negara dan turis lokal walaupun minim, ibu-ibu dan mayoritas kaum manula untuk ke pasar tradisional, sebagai alat hiburan, maupun beberapa pihak yg menggunakan jasanya untuk mengangkut barang-barang tertentu. Anak ABG zaman sekarang..? Mungkin lagu di atas hanya akan ada dalam angan-angan mereka...

Masalah tarif bervariatif. Bagi delman lokal hanya sekitaran Rp. 2000 sampai Rp. 5000. Hal ini berbanding terbali apabila diperuntukan bagi para wisatawan, bisa sekitar Rp. 15.000 - Rp. 25.000 sekali jalan. Tapi semahal apapun tarif tersebut, apakah cukup untuk menutupi kebutuhan keluarga sang kusir dan juga kebutuhan sang kuda..?

Ironis memang, di saat Kerajaan Inggris sangat melestarikan Kereta Kuda sebagai kenderaan resmi kerajaan, di Indonesia tak ada lagi pejabat yang berminat dan mungkin berniat menumpang kenderaan berkuda ini. Eh iya, terkecuali saat kampanye.

____________________________________________ Read more : http://www.kaskus.co.id 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar