Jumat, 06 Februari 2015

Ukiran Khas Papua



Ukiran Kayu Tradisional Khas Papua, yang paling terkenal adalah karya ukir dari suku Asmat. Bagi suku Asmat, seni ukir kayu adalah bagian dari kehidupan sehari-hari yang telah dilakukan secara turun temurun dan menjadi suatu kebudayaan. Kebuadayaan itu bukan saja dikenal di Papua dan Indonesia, melainkan juga terkenal ke seluruh dunia. Setiap turis asing yang berkunjung ke Papua, rasanya tidak lengkap apabila tidak mengenal karya ukir suku asmat. Hal itu mereka lakukan dengan cara membeli cenderamata karya ukir suku Asmat dalam berbagai ukuran.Ciri khas dari ukiran suku asmat yang paling menonjol adalah polanya yang unik dan bersifat naturalis, dimana dari pola-pola tersebut akan terlihat kerumitan cara membuatnya sehingga membuat karya ukir suku Asmat bernilai tinggi dan sangat banyak diminati para turis asing yang menggemari karya seni.

Kalau dilihat dari segi model, ukiran suku Asmat memiliki pola dan ragam yang sangat banyak, mulai dari patung model manusia, binatang, perahu, panel, perisai, tifa, telur kaswari sampai ukiran tiang. Suku Asmat biasanya mengadopsi pengalaman dan lingkungan hidup sehari-hari sebagai pola ukiran mereka, seperti pohon, perahu, binatang dan orang berperahu, orang berburu dan lain-lain.

Bagi suku Asmat, Seni ukir kayu adalah aktivitas mengukir yang merupakan sebuah tradisi kehidupan dan ritual yang terkait erat dengan spiritualitas hidup dan penghormatan terhadap nenek moyang. Ketika Suku Asmat mengukir, mereka tidak sekedar membuat pola dalam kayu tetapi mengalirkan sebuah spiritualitas hidup.

Hari Suroto, Staf peneliti dari Balai Arkeologi Jayapura, mengatakan bahwa tradisi seni ukir Asmat dari Kabupaten Asmat yang terkenal perlu diusulkan ke UNESCO sebagai salah satu warisan budaya asal Papua, Indonesia.

Dikatakannya lagi bahwa seni ukir asmat tergolong dalam "primitif art". Seni ukir Asmat menunjukkan keahlian istimewa pembuatnya yang disertai perasaan yang tinggi akan garis-garis indah dan komposisinya. Maha karya yang terdiri atas beragam ukiran itu muncul di tengah masyarakat yang melangsungkan hidupnya di atas lumpur rawa.

Konvensi UNESCO 2003 menetapkan sejumlah karakteristik untuk mengategorikan suatu budaya termasuk dalam warisan budaya tak benda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar